News Update!

Selasa, 28 Mei 2013

World Statesman Award untuk SBY 2013


Akhir Mei ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono direncanakan menerima penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation, suatu yayasan antaragama bergengsi di Amerika Serikat. Ini merupakan kesekian kalinya Presiden SBY menerima penghargaan internasional. Penghargaan sebelumnya dari UNEP, ILO, World Movement for Democracy, US-ASEAN Business Council, dan WWF/WRI/TNC.
Walaupun ini suatu kehormatan, saya tidak melihat penghargaan Appeal of Conscience Foundation (ACF) ini sebagai sesuatu yang terlalu luar biasa atau mengagetkan. Saya juga sependapat dengan Pak Jusuf Kalla yang dengan bijak menyatakan bahwa penghargaan ACF untuk Presiden SBY sebenarnya adalah kredit untuk bangsa Indonesia.
Mengapa? Karena dalam satu dekade terakhir profil Indonesia di dunia internasional sudah jauh berubah. Reputasi Indonesia dulu sebagai negara terpuruk—kata Tom Friedman, messy state—berubah menjadi negara yang disegani: sebagai anggota G-20; major democracy, emerging economy, pivotal state, next Asian giant, environmental power; dan lainnya. Ini adalah fakta dan realitas, bukan opini. Jangan sampai kita seperti bangsa yang bingung: terpuruk marah, sukses kesal.
Musim panas
Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia semakin dilirik bangsa-bangsa lain, termasuk Amerika Serikat. Pertama, Indonesia kini mempunyai status yang langka sebagai negara demokrasi yang mapan dan stabil. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, setelah tiga kali pemilu, demokrasi Indonesia dianggap kisah sukses.
Di AS, Indonesia banyak dirujuk oleh pengamat internasional sebagai teladan bagi negara-negara Musim Semi Arab yang kini mengalami transisi. Saya sendiri selalu menyerukan harapan agar Musim Semi Arab dapat menjadi Musim Panas Indonesia.
Sementara itu, upaya Presiden SBY memprakarsai acara tahunan Bali Democracy Forum telah tumbuh pesat dari 32 negara peserta menjadi 80 negara. Sebagai perbandingan, forum Asia Pacific Partnership for Democracy yang dirintis AS pada tahun yang sama ternyata kurang berkembang. Bukankah itu menunjukkan kredibilitas Indonesia yang tinggi dan kepercayaan dunia yang tinggi terhadap kita?
Kedua, Indonesia kini mempunyai rekor hak asasi manusia yang jauh berbeda dari era sebelumnya. Hal ini tidak mengherankan karena kontrol media dan publik yang sangat intens dalam era kebebasan pers.
Dalam era demokrasi kita, tidak ada lagi pelanggaran HAM berat, seperti penembakan massal Santa Cruz tahun 1991 atau di Tanjung Priok tahun 1984. Kasus orang hilang diculik aparat juga hampir tidak terdengar lagi. Pendeknya, pelanggaran HAM yang dulu dilakukan oleh negara kini telah diganti oleh pelanggaran HAM individu yang sifatnya insidentil. Pola ini tampaknya akan terus menghantui kita ke depan. Dan, jangan lupa, di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara yang paling aktif mendorong ASEAN menghormati prinsip demokrasi dan hak asasi manusia.
Ketiga, Indonesia kini dipandang sebagai pelopor perdamaian. Di dalam negeri prestasi sejarah kita yang terbesar adalah tercapainya perdamaian permanen yang mengakhiri separatisme di Aceh. Konflik berdarah di Poso dan Maluku juga selesai. Konflik di Papua masih ada, tapi terkendali. Sekali lagi, di sini saya melihat paradoks: saat dirundung konflik kita berteriak meratapi nasib, tapi saat konflik diselesaikan kita menganggap sepi.
Untungnya di dunia internasional prestasi ini dicatat dan dihargai. Tahun 2006, misalnya, Presiden SBY sempat masuk daftar kandidat Hadiah Nobel Perdamaian. Walaupun Hadiah Nobel tahun itu dimenangi Muhammad Yunus dari Banglades, diplomasi perdamaian Indonesia terus melaju. Di Laut China Selatan, Myanmar, Lebanon, konflik Thailand-Kamboja, hubungan dengan Timor Leste, Indonesia kemudian mengambil peran signifikan yang dapat mengubah dinamika konflik.
Keempat, Indonesia kini telah menjadi pemain global. Ini tidak hanya terbatas pada forum G-20, tetapi juga untuk sejumlah isu internasional: lingkungan hidup dan konservasi laut, perubahan iklim, inter-faith, Islamofobia, pembangunan. Dalam semua isu ini, tindakan Indonesia dihitung dan suara Indonesia didengar.
Bukti paling jelas adalah terpilihnya Presiden SBY sebagai Ketua Bersama High Level Panel yang ditunjuk Sekjen PBB untuk merumuskan arah pembangunan dunia pasca-MDG. Apa pun kapasitasnya, Indonesia kini dipandang sebagai pelopor dan jembatan antara dunia Barat dan Islam, antara negara berkembang dan negara maju, antara Asia Tenggara dan dunia internasional, antara kawasan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Masih banyak cacatnya
Semua hal ini sama sekali tidak berarti kita sempurna. Justru sebaliknya, s ebagai bangsa, Indonesia masih banyak kekurangan dan cacatnya. Korupsi masih marak. Kesenjangan dan kemiskinan masih banyak. Friksi antar- umat tetap ada, bahkan cenderung meningkat dewasa ini. Masih ada kelompok masyarakat yang memaksakan kehendak terhadap golongan lain (yang biasa- nya lebih lemah). Semua ini mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang penuh prestasi, tetapi juga sarat masalah.
Di sini saya setuju pemerintah harus semakin telaten merespons aspirasi rakyat yang menuntut perlindungan fisik dan hukum bagi kelompok minoritas, sesulit apa pun masalahnya, karena ini merupakan esensi terpenting dalam kehidupan berdemokrasi.
Namun, semua kekurangan ini tidak menihilkan kenyataan bahwa dunia kini banyak menaruh harapan kepada Indonesia. Kalau kita melihat gejolak dan perang di Timur Tengah, ketegangan di Asia Timur, kelesuan di Eropa, dan konflik di Afrika, tak heran kalau dunia melihat Indonesia sebagai sinar harapan. Kita jangan menyepelekan harapan dunia itu.
Indonesia tidak boleh lengah oleh pujian, tetapi sebagai orang Timur tidak baik juga kalau kita menolak apresiasi orang lain. Kita jangan takabur, tapi juga jangan sinis.
Karena itu, kalau nanti Presiden SBY menerima penghargaan World Statesman Award di New York, saya yakin pesan beliau cukup sederhana: ”Terima kasih Indonesia dihargai, jalan kami masih panjang, kekurangan kami masih banyak, doakan kami terus maju.”
Selamat untuk bangsa Indonesia. Maju terus.
Dino Patti Djalal Dubes Indonesia di AS; Mantan Juru Bicara Kepresidenan RI
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2013/05/21/02293474/World.Statesman.Award.untuk.SBY

Jumat, 24 Mei 2013

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DUSUN KALIPUTIH DESA SUMBERSUKO PROGRES PNPM 2013





Pada tahun 2013 ini progres PNPM di Desa Sumbersuko berdasarkan musyawarah pada tanggal 14 November 2012 serta dan pada musyawarah Desa Perencanaan di putuskan secara mufakat yaitu membangun Gedung TK PKK yang terletak di dusun Kaliputih dengan luas15 x 6,5 M sedangkan warga pemanfaat sebanyak 362 KK dan secara tidak langsung sebanyak 900 warga dengan menghabiskan dana sekitar 80 juta dan swadaya warga sekitar 30 juta rupiah, pada hari minggu kemarin tanggal 19 Mei 2013 penggalian pondasi dimulai, pada hari senin dilanjutkan pengalian karena masih belum selesa pada waktu itu juga kami selaku KPMD menghadiri kegiatan pembangunan TK serta beberapa tim dari UPK dan tentu juga dengan FT baru kita yaitu Ibu Hetty Marlina, ST



Kegiatan pertama pada hari senin adalah pelatihan pembuatan campuran bahan material yang langsung di bimbing oleh Ibu Hetty Marlina, ST, materinya sebagai berikut :

Campuran 1 : 4 untuk transtram batas dan pasangan keramik

Campuran 1 : 5 untuk plesteran

Campuran 1 : 6 untuk pasangan Pondasi dan pasangan batu bata

Campuran 1 : 2 : 3 untuk pasangan balok beton

Ukuran kotak takar (posisi dalam) = 55  X 40 X 18 Cm.



Acara ini di hadiri 40 orang terdiri dari perangkat dusun tokoh masyarakat tukang dan kuli, Brimob Pengaman Desa. beberapa warga sangat antusias mengdengarkan penjelasan dari bu Hetty tentang teknik ini dan mereka merasa mendapat ilmu baru karena warga tidak pernah di ajarkan materi seperti ini kebanyak warga hanya melakukan hitungan kasar untuk kegiatan tersebut.

Berikut foto kegiatannya :


Antusia Warga dalam memberikan swadaya tenaga sampai ada yang membawa anak-anak di area tersebut
Topi Merah salah seorang Tukang pembangunan gedung TK

Prosesi Penghitungan oleh ibu Hetty



Prosesi Pembelajaran Pertukangan
Salah seorang tukang mempraktikkan Campuran 1 : 6


Ibu Hetty menjelaskan hasil pekerjaan para tukang




Ibu Hetty masuk dalam lubang pondasi guna memastikan apakah urukan pasir benar-benar sesuai dengan aturan




Anggota Brimob Bpk Tamam Ikut berpartisipasi dalam pembangunan Gedung TK
Bu Hety sedang mengatur Ukuran Pondasi
dari pengamatan kami ibu Hetty Marlina, ST begitu antusias dalam memberdayakan warga Kaliputih di Komunitas PNPM hingga mau turun dan ikut membenahi hal-hal yang kurang benar serta sering beberapa kali memberi pengarahan kepada tukang di samping, kegiatan ini dilakukan beliau mulai pukul 07.30 - 14.00 sore.
demikian liputan khsusus ini semoga bisa memberi inspirasi bagi Fasilitator Tehnik di seluruh Indonesia khususnya Fasilitator tehnik Perempuan . terima kasih