News Update!

Minggu, 04 Juli 2021

REPORTASE LAILATUL IJTIMA’ KE-80 NU RANTING DESA SUMBERSUKO

 Portal Sumbersuko : Mas Luthfi




"Siapa yang mau mengurusi NU, aku anggap sebagai santriku. Siapa yang jadi santriku, maka aku doakan khusnul khatimah beserta keluarganya,"

(K.H. Hasyim Asy’ari)

Itulah wasiat yang disampaikan Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari yang menjadi landasan dan motivasi bagi para Pengurus NU dalam menjalankan roda organisasi. Hal ini pula yang melatar-belakangi para pengurus NU khususnya di Ranting Desa Sumbersuko untuk terus mengistiqomahi wasiat pendiri NU tersebut.





Setelah enam purnama kegiatan Lailatul Ijtima’ berhenti total akibat pandemi Covid-19, membuat pengurus ranting merasa kangen untuk diadakan lagi. Rindu untuk berkumpul kembali. Saling berbagi-tukar informasi, sekaligus menguatkan tali silaturahim secara langsung.

 Sabtu malam tanggal 6 Juli 2021, bertempat di Masjid Darussalam, Dusun Klurak Desa Sumbersuko, Lailatul Ijtima’ ke-80 dilaksanakan. Di Masjid yang berukuran 7,5 x 7,5 meter ini penuh dengan ornamen kayu dan cukup menarik perhatian. Aksen dekorasi yang minimalis membuat interior masjid terasa lega meski berukuran kecil. Para pengurus ranting yang dikomandani Ustadz Abdurahman mengawali hadir bersama Ustadz Rofid untuk memberi contoh kepada pengurus lain supaya tiba tepat waktu.

Rangkaian sholat sunnah antara lain: Sholat Taubat, Sholat Litsubutil Iman, Sholat Birrul Walidain, Sholat Tasbih, Sholat Witir, serta Sholat Hajat mengawali acara sebelum dibuka secara resmi. Selanjutnya bacaan istighotsah menggema memenuhi ruangan masjid dan sekitarnya yang dipimpin oleh ustadz Khoiron. Tepat setelah bacaan istighotsah berakhir, adzan Isya mengalun merdu dari musholla-musholla di Dusun Klurak.

Kegiatan dihentikan sejenak untuk mendengarkan adzan yang dikumandangkan oleh Ustadz Khoiron. Cengkok adzan yang menirukan suara Syekh Ali Mullah yang biasa kita dengarkan di Masjidil Haram ini mampu membawa suasana tanah suci di Masjid Darussalam Klurak.

Setelah memberi kesempatan jamaah melaksanakan sholat sunnah qobliyah, iqomah pun dilantunkan sebagai penanda bahwa sholat isya segera dimulai. Di-imami oleh Ustadz Ni’am sebagai sesepuh NU di Desa Sumbersuko.

Selepas sholat Isya dan sunnah ba’diyah, acara dilanjutkan kembali. Ustadz Rofid selaku pembawa acara segera meraih mic untuk membuka kegiatan secara formal. Diawali dengan tahlil untuk mendo’akan para kyai, ulama dan pejuang NU khususnya yang berada di Desa Sumbersuko, lalu disambung dengan Mahallul Qiyam yang dipimpin oleh Ustadz Wiyono diiringi oleh Bapak Ghozali.

Rangkaian selanjutnya adalah sambutan-sambutan. Mewakili tuan rumah yaitu Takmir Masjid Darussalam dan Kepala Dusun Klurak, Ustadz Wiyono mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para jamaah yang hadir sekaligus memohon maaf jika ada kekurangan mengingat persiapan yang sangat singkat.

Berikutnya, sambutan dari Kepala Desa Sumbersuko, Bapak H. Syaiful Ma’arif yang akrab dipanggil Kaji Arip. Beliau hadir didampingi oleh Sekretaris Desa, Bapak Ubaidillah yang menunggu di area luar masjid. Inti yang beliau sampaikan adalah bahwa acara pada malam hari ini sebenarnya tidak boleh diadakan terkait penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai tanggal 3 s/d 20 Juli 2021, apalagi pada kegiatan tersebut 90% tidak ada yang menggunakan masker.

Menurut beliau, dengan status Kabupaten Pasuruan yang masuk zona merah, bahkan sebagian zona hitam membuat kita harus waspada. “Di Gempol hampir setiap hari ada orang meninggal karena Covid”, terang beliau.

Sebagai Kepala Desa, tentu ada rasa ewuh pakewuh apalagi di bulan Juli ini banyak orang punya hajat. Namun sebagai orang beriman beliau memberi pesan, “Bismillah mawon nggih, mugi sedoyo sehat wal ‘afiyat”, harap beliau.

 Setelah sambutan dari kepala desa, acara berlanjut mauidhoh hasanah yang disampaikan Ustadz Abdurahman. Ustadz muda yang berdomisili di ujung selatan Desa Sumbersuko ini menyampaikan dua hal. Pertama terkait dengan pelaksanaan foto Kartanu gelombang kedua yang bertempat di Masjid Sabilillah Kaliputih dan Masjid Fatimah Kemuning. Beliau menghimbau bagi yang belum ikut di gelombang pertama, untuk segera mengikutinya.

Beliau memaparkan, “Sebagai bentuk cinta kepada Muassis (Pendiri) NU yaitu Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari, mari kita ikuti kegiatan foto Kartanu tersebut”. Untuk lebih meyakinkan lagi, ustadz yang senang guyon ini menukil hadits yang diriwayatkan dari banyak jalur riwayat, antara lain: Musnad Ahmad, Shahih Muslim, Shahih al-Bukhari yaitu al-mar’u ma’a man ahabba. Seseorang akan dikumpulkan bersama yang dicintai. Dan beliau berharap tidak hanya foto Kartanu saja yang kita ikuti melainkan amaliyah NU lainnya juga kita galakkan dan semarakkan supaya kelak dikumpulkan dengan Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari.

Point kedua yang beliau sampaikan adalah bahwa saat ini kita diuji dengan rasa khauf (takut atau khawatir) terhadap virus Corona. Beliau mengajak untuk kembali kepada Allah karena bisa jadi ini sebuah peringatan. Beliau juga mengutip QS. Al-Ankabut ayat 2: aḥasiban-nāsu ay yutrakū ay yaqụlū āmannā wa hum lā yuftanụn. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Beliau meyakini “jika virus corona ini faktor politik, maka tidak akan selesai dan berlarut-larut. Namun jika murni faktor medis, pasti ada masa waktunya karena semua penyakit itu yang menyembuhkan adalah Allah” jelas beliau.

Waktu beranjak malam dan suasana makin syahdu, namun waktu harus dibatasi untuk memberi kesempatan raga beristirahat. Sebagai penutup acara, Ustadz Ni’am dipersilahkan memimpin doa dan dilanjutkan ramah tamah dengan konsumsi yang beraneka ragam di rumah Kasun Klurak.

*Mas Luthfi. Adalah warga Dusun Sumberingin Desa Sumbersuko yang senang menulis dengan model narasi deskriptif untuk menggambarkan secara detail suasana yang diliput sekaligus menulis kutipan utuh dari narasumber.