News Update!

Kamis, 20 September 2018

SEMINAR HAKI (Hak Kekayaan Intlektual )




Beberapa hari kemarin teman teman dari komunitas UKM di Pasuruan memberikan informasi melalui komunitas HIPSI Pasuruan, di share di group WA bahwa beberapa anggota yang sudah di pilih untuk mengikuti Seminar HAKI di Ponpes ‘Mukmin Mandiri Indonesia’ harus menyiapkan diri dan mengisi beberapa blangko yang sudah di kirim lewat email, tentu saja hal ini membuat kami merasa bangga sewaktu dipilih, karena dari ratusan anggota HIPSI, kami termasuk yang dapat kuota.


Produk di Desa Sumbersuko hanya Opak Gambir dibawah naungan Bringin Jaya Abadi yang sudah terdaftar memiliki lisensi sertifikat HAKI dari kemenkumham,

Untuk diketahui Pesantren MUKMIN MANDIRI SIDOARJO: Pesantren Agrobisnis dan Agroindustri, didirikan KH. Muhammad Zakki. Seorang kiai muda, nyentrik, dan kharismatik. Ia juga sosok pengusaha yang tangguh dan handal. Pengusaha eksportir kopi. Mengekspor kopi ke negara Asia dan Eropa, hingga ke Negara Timur Tenggah. Sangat muda karena usianya baru 48 tahun, 1970 kelahiran Surabaya. Nyentrik karena dandanan dan penampilan (permormance) kesehariannya, seperti anak muda pada umumnya. Tidak kelihatan jika ia sosok kiai muda kharismatik. Bicaranya tegas, lugas dan tentu pekerja keras. Pergaulan luas membuat banyak ide dan gagasan “aneh” mengalir deras. Membuat banyak orang kagum dan mengapresiasi cukup positif. Pergaulan dari kalangan kiai, pejabat, pengusaha hingga politikus membuat kiai muda ini semakin matang dalam bertindak dan berbuat.
Pesantren ini didirikan April tahun 2006. Akte pendiriannya, Akta Notaris Bambang Santosa, SH, M.Kn. Inspirasi pendirian pesantren ini, dilhami dari sebuah kekhawatiran dan keprihatinan masa depan pesantren di Indonesia. Percepatan ekonomi dan kuatnya arus modernitas akan menggerus eksistensi pesantren, jika ke depan dunia pesantren tidak melakukan reorientasi visi, misi dan paradigma pesantren sesuai dengan kehendak masyarakat.
Berikut gallery :











Rabu, 19 September 2018

SAMPAH DI PINGGIR JALAN MENGOTORI KEINDAHAN GAPURA “SUNGGUH MIRIS”



Portal Sumbersuko
Kontributor : Yudi Noto
=================

Desa Sumbersuko terkenal dengan keindahan alamnya, subur makmur dan asri, beberapa pengusahanpun banyak mendirikan perusahaan di desa ini, termasuk PT. Gudang garam yang begitu peduli terhadap lingkungan disekitarnya dengan menjadikan icon gapura masuk ke desa ini agar terlihat indah, namun hal ini sungguh lain ceritanya jika kita lihat foto di atas salah satu netizen Yudi Noto Arkul (Arek Bringin Kulon) telah membagikan ke admin tentang kondisi tersebut.

Sampah yang berserakan dipinggir jalan depan gapura itu membuat tidak nyaman untuk di pandang, hal ini yang membuat desa terlihat kotor meskipun ada tukang sapu tapi tidak sampai menjangkau di area tersebut, tapi bukan berarti kita abai terhadap kondisi tersebut, warga harus tetap menjaga kebersihan lingkungan di sektiar, siapapun yang membuang sampah sembarangan harus di tindak tegas, demi terciptanya Desa Sumbersuko yang bersih dan indah, uniknya di Sumbersuko ada perusahaan yang bernama PT. Indah Kota

Lokasi sampah di samping Garupa itu persis di depan PT. Margarin atau sekitar 300 meter kantor Desa Sumbersuko tempat berlalu lalangnya semua masyarakat yang melintasi jalan protokol desa Sumbersuko, semua elemen harus bersinergi untuk menjaga keindahan desa Sumbersuko antara masyarakat, pemerintah desa dan dunia usaha, jika selalu kotor para investorpun akan berfikir ulang untuk mendirikan perusahaannya di Sumbersuko maka akibatnya kurang terciptanya lapangan kerja baru, kesenjangan sosial berkurang, tentu pemasukan untuk desa Sumbersuko juga berkurang,

Kita harus menjaga lingkungan kita agar nyaman dan indah, siapapun yang datang ke Sumbersuko agar merasa senang sehingga investor sudi untuk menanamkan sahamnya desa Sumbersuko tercinta,

“sungguh miris dengan kelakuan orang yang tidak bertanggung jawab.. membuang sampah sembarangan .. bagaimana pendapat kalia looor !..” ungkap Yuni dalam akunya


Selasa, 04 September 2018

SINAU CANDI BELAHAN UNTUK MEMBANGUN MASA DEPAN

SINAU CANDI BELAHAN UNTUK MEMBANGUN MASA DEPAN


Begitu banyak negeri kujalani, yang masyhur permai dikata orang… Tetapi kampung dan rumahku, di sanalah ku merasa tentram…
Kalimat di atas merupakan kutipan syair lagu Nasional yang berjudul Tanah Air. Kira kira seperti itulah perasaan yang tergambar dari senyum Cak Jasmani, saat tiba di markas Sulthon Penanggungan dan bersalaman dengan para Pegiat SP yang sore itu menaikkan segala peralatan dan kebutuhan untuk acara rutin Maiyah yang kali ini diselenggarakan di komplek candi Belahan.
Cak Jasmani adalah warga Pasuruan yang bertahun-tahun berada di negeri ginseng, dan sempat melingkar di simpul Maiyah Tong il Qoryah di Korea. Kecintaannya pada Maiyah telah mengantarkan beliau menemukan simpul Maiyah Sulthon Penanggungan. Melingkar dan Sinau Bareng bersama SP adalah salah satu dari beberapa motivasi besar yang membuat ia semakin bersemangat untuk kembali menghirup udara negeri merah putih ini. Terhitung tiga hari setelah kedatangannya dari Korea, kegiatan bepergian perdananya adalah dengan mendatangi markas SP.
Seperti kebiasaan orang Maiyah, suasana keakraban dan kemesraan langsung terasa, ia langsung bersinergi bersama para Pegiat SP.


Sekitar pukul 16.30 WIB mobil pengangkut perlengkapan berangkat menuju candi Belahan, diiringi beberapa Pegiat yang berangkat mengendarai motornya.
Sepanjang perjalanan terlihat pemandangan alam sekitar Penanggungan yang terlihat eksotis di bawah temaram senja. Memasuki kawasan Candi Belahan, terlihat beberapa Pegiat yang berada di atas mobil berdoa, ‘uluk salam’ dan kirim Fatihah yang ditujukan untuk semesta Belahan.
Setiba di area parkir candi Belahan, rombongan disambut beberapa jamaah Belahan yang dipunggawai oleh Cak Sama’i. Dengan kompak segala perlengkapan segera diturunkan dan ditata sesuai rencana.
Setelah istirahat sejenak untuk sholat Maghrib, kegiatan ‘mbeber kloso’ dilanjutkan dan selesai tepat waktu meski mengalami sedikit kendala instalasi listrik. Maiyahan kali ini terasa sangat spesial, pesertanya menggambarkan dengan jelas tentang sinergi generasi muda dan generasi tua. Yaitu rombongan dari sebuah padepokan dari Mojokerto yang diasuh Ki Wiro Abdur Rohman dengan ciri khas blangkon dan udheng nya. Kemudian anak-anak muda Maiyah dengan ciri khas kopyah merah-putihnya.Dari para generasi tua terpancar luasnya pengetahuan tentang nilainnilai luhur masa lampau, sesuai semboyan “memayu hayuning bawana”.


Dari kopyah merah-putih yang dipakai oleh jamaah Maiyah, mengingatkan benak pada sebuah hadits yang berbunyi, “Dari Tsauban, Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah melipat bumi untukku hingga saya dapat melihat timur serta baratnya. Sebenarnya kekuasaan ummatku bakal meraih apa yang sudah dinampakkan untukku. Aku diberi dua perbendaharaan besar yaitu warna merah dan putih. Aku bermohon kepada Tuhanku untuk ummatku supaya Dia tak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh dan supaya Dia tidak memberikan kuasa kepada musuh terkecuali diri mereka sendiri yang menyerang sesama mereka.” (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut dapat menjadi gambaran bahwa mereka generasi Maiyah adalah generasi yang terus menebar salam, dengan perpaduan antara keberanian dan kesucian (as syaja’ah wa nadhafah) yang tak pernah kekeringan akan cinta kepada Allah, Rasulullah, dan sesama makhluk.Pukul 20.00 WIB, acara dimulai dengan lantunan ayat suci Al Qur’an dilanjutkan dengan pembacaan sholawat Nabi yang terasa begitu hikmat seolah telah berpadu dengan kesakralan situs patirtan Sumber Tetek.

Setelah membuka acara, Cak Hasan selaku moderator kemudian mempersilahkan para sesepuh untuk memperkenalkan diri dan memberi sambutan.
Suasana cair terasa saat Cak Sama’i membawakan puisi tentang Mpu Bharadah dan Airlangga, yang berisi pesan pesan indah yang terangkai dari huruf-huruf awal nama kedua tokoh tersebut. Kemesraan berlanjut saat suara merdu mbak Lia melantunkan lagu “Deen assalam” disambung dengan lagu Kebyar-Kebyar yang spontan langsung diikuti koor audiens. Suasana makin menghangat saat semua yang hadir berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.Cukup banyak ilmu yang didapat dari tema “Semesta Belahan” kemarin. Mulai dari sejarah Prabu Airlangga, kejayaan Nusantara di masa lalu, hingga konsep kepemimpinan para leluhur zaman dahulu.

Makna relief, dan simbolisasi dari arca-arca yang berada di area candi juga dijelaskan dari berbagai sudut. Mulai dari sisi spiritual yang menjelaskan tentang salah satu arca Dewi yang sekarang tidak lagi memancarkan air karena terlalu sering dipakai untuk ritual yang bersifat negatif. Kemudian dari sudut sains yang menyebutkan tentang penelitian kandungan zat mineral dari air candi Belahan, yang kemudian melahirkan sebuah spekulasi tentang kebijakan para leluhur untuk melindungi kandungan bumi agar di hari depan tidak terjadi eksploitasi dengan membangun bangunan sakral di atasnya.
Dari sisi teknologi dijelaskan tentang sistem penempelan batu atau bata yang dipakai dalam pembangunan candi dengan sistem ikatan antar pori-pori.
Dari penjelasan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, spiritual, dan teknologi para leluhur Nusantara sebenarnya begitu penting untuk digali sebagai bekal membangun negeri ini di masa yang akan datang.
Para sesepuh sangat mengapresiasi kegiatan Maiyah yang mengangkat tema Semesta Belahan malam kemarin, senada dengan tanggapan dari Babinkamtibmas yang juga hadir bersama petugas Babinsa.
Kehadiran rombongan sedulur dari Simpul Maiyah Paseban Majapahit Mojokerto di tengah acara seolah melengkapi ke-‘spesial’-an acara malam itu. Tepat tengah malam acara resmi diakhiri setelah sebelumnya membaca doa khotmil Qur’an dan sholawat penutup yang dipimpin cak Taufiq, dilanjutkan Doa oleh Gus Nur Wahid dari Sidoarjo.
Di antara sejuknya udara candi Belahan yang menerbangkan partikel partikel air yang memancar dari arca Dewi Laksmi lambang kemakmuran, terlihat wajah wajah bercahaya penuh dengan semangat pensucian diri dan perjuangan menapaki kemuliaan.
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku, Bangsaku, rakyatku, Semuanya… Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya…
“Makanlah dari rezeki yang dianugerahkan Tuhan kalian dan bersyukurlah kepadaNya!’. Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofûr”.
Fasubhanalladzi biyadihi malakutu kulli syai-in wa ilaihi turja’un. 

Sumber :  https://www.caknun.com/2018/sinau-candi-belahan-untuk-membangun-masa-depan/