News Update!

Minggu, 11 Juni 2017

TRADISI 'SULTHAN PENANGGUNGAN'

Oleh : Admin 

Santunan Yatim Piatu dan Kaum Duafa
Alhamdulillah tadi siang sudah selesai di 30 titik. Berbagi kebahagiaan dengan sebagian anak yatim dan kaum dhuafa di Desa Sumbersuko. Insya Allah dilanjut besok untuk titik yang belum tersentuh. amin barokalloh ...

 Sejatinya "Sulthan Penanggungan", bahwa nama itu diberikan oleh Bapak Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) sewaktu mengisi pengajian di lapangan Desa Sumbersuko tahun 2011. Beliau berpesan untuk uri-uri dan menggali potensi-potensi yang ada di sekitar Gunung Penanggungan, makanya beliau memberi nama "Sulthan" yang diambil dari Surat Ar-Rahman ayat 33:

يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍ ﴿٣٣

"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan KEKUATAN."

Jadi makna "Sulthan" di sini adalah kekuatan, kalau kita perluas bermakna ilmu, pengetahuan, teknik, cara, dst. Maka menjadi tugas kita semua untuk menjadi "sulthan" di daerah masing2 sesuai dengan potensi yang ada.

tutur Masyhudi Luthfi, selaku ketua SP Desa Sumbersuko 



Semoga syiar ini terus berlanjut setiap tahunnya...amin

Kamis, 01 Juni 2017

STRATEGI NU RANTING SUMBERSUKO DALAM MENANGKAL GERAKAN ISLAM RADIKAL

Oleh : 
Adim
Admin 
Foto Ilustrasi 


Perubahan gerakan islam saat ini memang cenderung berbalik arah dari awal tahun 2000 silam, yang sebenarnya pada tataran doktrin ajaran islam mengajarkan kedamaian dan keselamatan bagi semua umat. Saya tidak memungkiri bahwa Indonesia harus di selamatkan, saya harap ini momentum yang tepat untuk artikel ini,
berikut saya kutip dari laman situs :

Islam Radikal menginginkan terlaksananya syariat Islam dalam bentuknya yang murni dan otentik, yang diajarkan Al-Quran dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw. Murni, berarti tidak ada unsur-unsur luar yang masuk ke dalamnya. Tolok-ukurnya adalah Al-Quran dan sunnah. Segala yang berasal dari luar harus ditolak dan dipandang bid’ah. Sebab, bagi mereka, Islam yang ideal adalah Islam yang dipraktikkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Islam seperti itulah yang harus dihadirkan kapan pun dan di mana pun, karena, Islam sesuai untuk segala ruang dan waktu (shalihun li kulli zaman wa makan).
Dengan pemahaman seperti itu mereka selalu berorientasi ke belakang; dan membagi dunia menjadi dua : Allah atau thagut, syariat Islam atau syariat kafir, Negara Islam (Dar al-Islam) atau Negara Musuh (Dar al-Harb), Masyarakat Islam atau Masyarakat jahiliyah, Partai Allah (Hizb Allah) atau Partai Setan (Hizb asy-Syaithan). Di situ tidak ada kompromi dan setengah-setengah. Apa yang datang dari Allah pasti benar dan baik, dan karena itu harus diterima dan dilaksanakan. Sedangkan yang berasal dari selain Allah pasti salah dan buruk, dan karena itu harus ditolak dan dibasmi.
Sumber : http://liputanislam.com/terorisme/akar-kemunculan-islam-radikal-di-indonesia-menurut-prof-afif-muhammad-1/
Dalam konstelasi politik di Indonesia, masalah radikalisme Islam telah makin membesar karena pendukungnya juga semakin meningkat. Akan tetapi, gerakan gerakan radikal ini kadang berbeda pandangan serta tujuan, sehingga tidak memiliki pola yang seragam. Ada yang sekedar memperjuangkan implementasi syariat Islam tanpa keharusan mendirikan “negara Islam”, namun ada pula yang memperjuangkan berdirinya “negara Islam Indonesia”, disamping itu pula da yang memperjuangkan berdirinya “khilafah Islamiyah”.

Pola organisasinya juga beragam, mulai dari gerakan moral ideology seperti Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia serta yang mengarah pada gaya militer seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam, dan Front Pemuda Islam Surakarta. Meskipun demikian, ada perbedaan dikalangan mereka, ada yang kecenderungan umum dari masyarakat untuk mengaitkan gerakan-gerakan ini dengan gerakan radikalisme Islam di luar negeri.

Radikalisme yang berujung pada terorisme menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Dua isu itu telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama teror dan umat Islam dianggap menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkan agamanya. Sekalipun anggapan itu mudah dimentahkan, namun fakta bahwa pelaku teror di Indonesia adalah seorang Muslim garis keras sangat membebani psikologi umat Islam secara keseluruhan.

Berbagai aksi radikalisme terhadap generasi muda kembali menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan di tanah air. Bahkan, serangkaian aksi para pelaku dan simpatisan pendukung, baik aktif maupun pasif, banyak berasal dari berbagai kalangan.

Oleh sebab itu perlu adanya upaya dalam rangka menangkal gerakan radikalisme di Indonesia. Disini peran NU di uji, sejauh mana peran NU dalam menghadapi gerakan tersebut. Dengan semangat toleransi dalam menebarkan Islam yang penuh kedamaian serta rahmatanlilAlamin, penulis yakin NU mampu menghadapi gerakan tersebut.



Sejak  tahun 2007, abah Yasin merekrut saya untuk aktif di MWCNU Gempol  menjadi anggota pengurus divisi Lembaga Perekonomian NU, periode berikutnya 2012-2017 tetap di lembaga perekonomian NU yang di ketahui Sdr. Sulaiman Abbas dari Desa Wonosari

Bersama itu pula saya aktif di kepengurusan Ranting NU sejak tahun 2007 di tunjuk  oleh Al Marhum Abah Yasin Luthfi, BA untuk membantu administrasi yang saat itu di ketuai oleh Bpk H. Sirjuddin ketua tanfizd Dusun Kaliputih dan Bpk H Miskan Afandi selaku Rois Suriyah dari Dusun Bumbungan, kegiatan rapat, pengajian, tarling dsb, serta program lain juga kami laksanakan setiap bulannya. Termasuk yang lebih fenomenal adalah ‘Lailatul Ijtima’ sebuah aktivitas NU yang jarang ditemui di ranting ranting desa lain, sebenarnya ini tadisi leluhuru ulama’ NU yang hampir mati, kami menyebutnya ‘perjamuan malam terakhir’ (minggu terkhir setiap bulannya) acara ini di isi kegiatan sholat taubat, lidaf’il bala’, birrul walidain, litsubutil iman, tabih, dan sholat hajat lalu dilanjutkan dengan bacaan Yasin dan Istighosah, ceramah mauidho Hasanah di tutup dengan doa’ lalu ramah tamah.

Sumbersuko terdiri dari 12 dusun dan 3 dusun ikut satu kasun jadi ada 15 Dusun. Semuanya kami jadwal bergiliran untuk mendapat jatah acara Lailatul Ijtima’. Untuk konsumsi apa adanya gak perlu mewah yang penting acara jalan. Di koordinir masing masing kasun atau tokoh masyarakat setempat, dengan jumlah tokoh NU di Sumbersuko sebanyak 121 orang aktif. Hal akan meningkatkan kesadaran masyarakat lain akan pentingnya tradisi NU, apalagi Masyarakatnya Isnyaalloh 99 % NU.

Sekitar tahun 2012  pengaruh yang lebih berdampak atas kemajuan ranting NU Sumbersuko ada pada buletin bulanan, di buletin tersebut menyajikan artikel-artikel dari situs nu.or.id dan lain-lain sehingga semangat warga dalam mengikuti lailatu Ijtima’ meningkat tajam, dalam acara Lailatul Ijtima’ kami undang 10 orang tokoh NU dari masing-masing dusun se desa Sumbersuko. Serta mengajak tetangga sekitarnya termasuk muslimat NU.

Pada saat yang sama kepengurusan di tingkat ranting Sumbersuko juga harus ada pergantian karena masa periode sudah habis. Satu tahun sebelum pemilihan pengurus ranting kami mencari kader kader tokoh masyarakat lulusan pesantren yang belum masuk jajaran kepengurusan antara lain, Ust Anshori Pemangku Pesantren Darul Falah 84  Dusun Sumbersuko II dan Ust. Abdurrohman Dusun Sumberbendo pemilik lembaga pendidikan TPQ kedua duanya sama-sama top dalam keilmuannya.

Rapat kepengurusan NU periode 2012-2017 di laksanakan di rumah Bpk H Miskan Afandi Dsn Bumbungan selaku Rois Suriyah. Yang dihadiri sekitar 50 orang tokoh, namun sebelumnya kami menentukan agar bagaimana Ust. Abdurrohman jadi ketua Tanfidznya dan Ust. Anshori duduki jajaran Rois Suriyah, alhamdulillah semua berjalan lancar, Ust. Abdurrohman menjadi Ketua tanfidz. Dan terdiri dari beberapa anggora pengurus baru sekitar 30% untuk menggantikan yang sudah sepuh

Bpk H Miskan F dan H Sirajuddin tetap menjadi Rois Suriah anggotanya Bpk H Zakariyah. H Asnan Jatikunci, pertengahan tahun 2014 karena sudah uzur faktor usia H Miskan afandi selaku rois suriyah minta digantikan jabatannya, kami tidak berfikir panjang untuk mencari penggantinya karena banyak tokoh NU di jajaran perangkat desa Sumbersuko yang belum masuk di pengurusan ranting NU, beberapa hari kemudian, saya sendiri selaku sekretaris tanfidz meminta kesediaan Kaur Kesra dan Sekretaris Desa H. Samsul Huda dan Drs. H Suparman untuk menjabat posisi di Rois Suriyah NU, dan alhamdulillah ternyata semuanya lancar dan direstui.

Setelah adanya perubahan kepengurusan ini justru NU semakin menggema dan terkonsep denga rapi, dengan hadirnya 2 orang tokoh Umara’ tersebut, sehingga klop antara ulama dan umara’ di Desa Sumbersuko berjalan bersama, seirama dan seimbang. Sehingga pengikatan ini terjadi dalam elemen kegiatan pemerintah desa lainnya. Setiap pemerintah akan mengadakan program kegiatan selalu melibatkan NU dimana dan kapanpun itu, pengajian Akbar, live TV, Jtv dan lain lain.

Dengan adanya jajaran pemerintah desa dan tokoh karang Taruna dilibatkan dalam kepengurusan NU maka  tidak mustahil karang Taruna desa dan pemerintah desa selalu mengisi kas keuangan setiap bulan ke NU minimal 100 ribu rupiah, hal ini untuk mendukung setiap acara yang di adakan NU ranting Sumbersuko.

Masa-masa paling terkenang di acara LI dusun bendungan dengan pengantar ‘siir wathon’ sebelum acara lailatul Ijtima’ dilaksanakan dan dusun Kemuning serta dusun lainnya. Saya sendiri yang melantunkan siir itu, ya begitu damai dan sejuk.  

Apalagi kalau sudah mendekati waktu jadwal LI Kami ketik ketik sendiri undangannya, kami bagi sendiri ditulis sendiri. Sering kami mengundang pengurus MWCNU gempol untuk acara LI dan Tarling mereka begitu semangat dan antusias melihat warga NU Sumbersuko dalam menghadiri LI

Sekarang semakin banyak yang terlibat acara NU seperti Sdr. Suwandi yang protokoler acara selaku A’wan NU, Bpk. cukup tekang kebun yang selalu semangat membagikan undangan, Tausiah dan sholat sunnah, Ust Samsul Huda dan Ust Abdurrohman, waktu itu saya sendiri jarang sekali mengikuti LI karena kesibukan.

Saya cerita sedikit pengalaman beberapa tahun yang lalu. Pada suatu saat, ada seorang habib dari bangil akan mengadakan maulid Akbar di Desa Sumbersuko dengan tradisi ancak agung,(tumpeng raksasa di sanggul 8 orang) bakda Isya’ di adakan rapat pembentukan panitia saya di daulat jadi sekretaris dan Pak Jamal jadi ketua panitia ketua konon waktu itu biayanya tidak cukup 50 juta untuk acara Maulid Akbar. Jangankan isi berkatnya kantong plastik pun di cetak dalam pesanan khusus tertera nama ketua dan sekretaris, alhamdulillah acaranya berjalan sukses. Keesokan harinya beliaunya si habib datang kerumah saya meminta agar di Sumbersuko di adakan tradisi pengajian  si habib tersebut, dengan jaminan semua usaha saya Opak Gambir, BringinNET, ATK  di danai. Sungguh luar biasa, namun hal ini tidak saya laksanakan, jika saya laksanakan tentu akan benturan dengan tradisi Lailatul Ijtima’  (LI) yang sudah membudaya di Desa ini, maka dengan kerendahan hati saya menolak tawaran tersebut. Saya tidak menyebutkan ini dari kelompok atau aliran mana ... tapi mari kita sebagai umat islam bersatu padu berpegangan tangan untuk tetap menjunjung tinggi NKRI, saling asah asih asuh. Saling menjaga budaya dan tradisi yang ada, karena Indonesia sudah di takdirkan atas keberagaman dan Bineka Tunggal Ika

Dari peritiwa ini  kita dapat menarik kesimpulan agar NU di tingkat ranting tetap kokoh, karena ini pengalaman di desa saya sendiri:

1.     Tradisikan lailatul Ijtima’ sebulan sekali
2.     Buat buletin di lampiran undangan LI sebarkan.
3.     Maksimalkan anggaran dari pemerintah setempat untuk kegiatan yang bermanfaat
4.     Rekrut perangkat desa sebagai jajaran pengurus NU

Sebelum aritikel ini selesai saya tulis kebetulan ada hal baru yang perlu saya sampaikan
Berikut saya kutip dari laman Facebook Pak Wachid Hasyim, atas ceramah guru saya KH Sholeh Bachruddin

PANCASILA
Beberapa dawuh Romo Kyai Sholeh Bahruddin tentang "Pancasila" beserta urgensinya dalam beberapa kesempatan. Dawuh tersebut menyiratkan pesan, bahwa Pancasila sebagai asas bernegara sudahlah final:
Aku babat pondok Ngalah tepate dino Jum’at, bulan Dzulhijjah tahun 1985, Lan Yayasan Darut Taqwa didirikan Kyai Bahruddin tahun 1977:
Asas Darut Taqwa wonten tigo:

1) Pancasila
Pancasila di Darut Taqwa sangat dijunjung tinggi, karena nilai-nilai pancasila digali dari nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan merupakan pancaran dari nilai-nilai luhur budaya bangsa dan dari nilai-nilai ajaran islam (al-Qur’an dan al-Hadits), seperti ketuhanan, kemanusiaan dan persatuan.

2) UUD 45
Kedua asas di atas mencerminkan bahwa pendiri memiliki jiwa nasionalis yang tinggi.
3) Ahlussunnah Wal Jama’ah
Karena di dalamnya terkandung nilai-nilai tasammuh, tawassuth, tawazzun, ta’addul. (Dawuh sekitar 2004 silam)
Pancasila lan NKRI iki adalah harga mati, soale perjuangane bien soro, bapak (Kyai Bahruddin) bien yho melu berjuang, ngantek-ngantek bapak ditahan dek penjara sentanan Mojokerto gara-gara merjuangno Pancasila. (Dawuh, 2010 silam)
***
Sumpah santri pondok pesantren Ngalah Jum’at, 19.00 WIB 04 Agustus 2006 di serambi masjid Ngalah.
Wes arek-arek kabeh dino iki seliramu kabeh tak ba’iat, tirokno aku yoo:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Saya berjanji: 
1) Berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945
2) Berbakti dan patuh pada kedua orang tua dan guru
(Baiat Romo Kyai Sholeh Bahruddin kepada santri, di serambi Masjid Ngalah, Jum'at (4/8) 2006 silam)
Kenapa orang Islam bisa masuk aliran keras (radikalisme)?
Jawab: Karena keterbatasan ilmu agama (setengah pinter yoh setengah bodoh) alias pinter gak pinter, bodoh gak bodoh.
Bagaimana cara menanggulanginya?
Jawab: Mengamalkan Pancasila!. (Dawuh saat pengajian Tafsir, 2009)
Siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi Yayasan Darut Taqwa, dicetak sebagai intelektual yang berjiwa Pancasilais.
Kalau yang nyantri diniyah tok atau intelekendilen, dicetak sebagai ahli agama yang Pancasilais. (Dawuh saat pengajian Tafsir, dipenghujung 2009).

Awakmu kabeh kudu iso niru aku, masio nggak iso 100% nggak opo-opo. Minimal kudu Pancasilais (Dawuh Romo Kyai Sholeh Bahruddin di acara Temu Alumni Nasional, tahun 2015 lalu).