Oleh :
Adim
Admin
Foto Ilustrasi
Perubahan gerakan islam saat ini memang
cenderung berbalik arah dari awal tahun 2000 silam, yang sebenarnya pada
tataran doktrin ajaran islam mengajarkan kedamaian dan keselamatan bagi semua
umat. Saya tidak memungkiri bahwa Indonesia harus di selamatkan, saya harap ini
momentum yang tepat untuk artikel ini,
berikut saya kutip dari laman situs :
Islam
Radikal menginginkan terlaksananya syariat Islam dalam bentuknya yang murni dan
otentik, yang diajarkan Al-Quran dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw. Murni,
berarti tidak ada unsur-unsur luar yang masuk ke dalamnya. Tolok-ukurnya adalah
Al-Quran dan sunnah. Segala yang berasal dari luar harus ditolak dan dipandang
bid’ah. Sebab, bagi mereka, Islam yang ideal adalah Islam yang dipraktikkan
oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Islam seperti itulah yang harus dihadirkan
kapan pun dan di mana pun, karena, Islam sesuai untuk segala ruang dan waktu (shalihun li kulli zaman wa makan).
Dengan pemahaman seperti itu mereka selalu berorientasi
ke belakang; dan membagi dunia menjadi dua : Allah atau thagut, syariat Islam atau syariat kafir,
Negara Islam (Dar al-Islam)
atau Negara Musuh (Dar
al-Harb), Masyarakat Islam atau Masyarakat jahiliyah, Partai Allah
(Hizb Allah)
atau Partai Setan (Hizb
asy-Syaithan). Di situ tidak ada kompromi dan setengah-setengah.
Apa yang datang dari Allah pasti benar dan baik, dan karena itu harus diterima
dan dilaksanakan. Sedangkan yang berasal dari selain Allah pasti salah dan
buruk, dan karena itu harus ditolak dan dibasmi.
Sumber : http://liputanislam.com/terorisme/akar-kemunculan-islam-radikal-di-indonesia-menurut-prof-afif-muhammad-1/
Dalam konstelasi politik di
Indonesia, masalah radikalisme Islam telah makin membesar karena pendukungnya
juga semakin meningkat. Akan tetapi, gerakan gerakan radikal ini kadang berbeda
pandangan serta tujuan, sehingga tidak memiliki pola yang seragam. Ada yang
sekedar memperjuangkan implementasi syariat Islam tanpa keharusan mendirikan
“negara Islam”, namun ada pula yang memperjuangkan berdirinya “negara Islam
Indonesia”, disamping itu pula da yang memperjuangkan berdirinya “khilafah
Islamiyah”.
Pola organisasinya juga beragam, mulai dari gerakan moral ideology seperti Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia serta yang mengarah pada gaya militer seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam, dan Front Pemuda Islam Surakarta. Meskipun demikian, ada perbedaan dikalangan mereka, ada yang kecenderungan umum dari masyarakat untuk mengaitkan gerakan-gerakan ini dengan gerakan radikalisme Islam di luar negeri.
Pola organisasinya juga beragam, mulai dari gerakan moral ideology seperti Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia serta yang mengarah pada gaya militer seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam, dan Front Pemuda Islam Surakarta. Meskipun demikian, ada perbedaan dikalangan mereka, ada yang kecenderungan umum dari masyarakat untuk mengaitkan gerakan-gerakan ini dengan gerakan radikalisme Islam di luar negeri.
Radikalisme yang berujung pada terorisme menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Dua isu itu telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama teror dan umat Islam dianggap menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkan agamanya. Sekalipun anggapan itu mudah dimentahkan, namun fakta bahwa pelaku teror di Indonesia adalah seorang Muslim garis keras sangat membebani psikologi umat Islam secara keseluruhan.
Berbagai aksi radikalisme terhadap generasi muda kembali menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan di tanah air. Bahkan, serangkaian aksi para pelaku dan simpatisan pendukung, baik aktif maupun pasif, banyak berasal dari berbagai kalangan.
Oleh sebab itu perlu adanya upaya dalam rangka menangkal gerakan radikalisme di Indonesia. Disini peran NU di uji, sejauh mana peran NU dalam menghadapi gerakan tersebut. Dengan semangat toleransi dalam menebarkan Islam yang penuh kedamaian serta rahmatanlilAlamin, penulis yakin NU mampu menghadapi gerakan tersebut.
Sejak tahun
2007, abah Yasin merekrut saya untuk aktif di MWCNU Gempol menjadi anggota pengurus divisi Lembaga
Perekonomian NU, periode berikutnya 2012-2017 tetap di lembaga perekonomian NU
yang di ketahui Sdr. Sulaiman Abbas dari Desa Wonosari
Bersama itu pula saya aktif di kepengurusan
Ranting NU sejak tahun 2007 di tunjuk
oleh Al Marhum Abah Yasin Luthfi, BA untuk membantu administrasi yang
saat itu di ketuai oleh Bpk H. Sirjuddin ketua tanfizd Dusun Kaliputih dan Bpk
H Miskan Afandi selaku Rois Suriyah dari Dusun Bumbungan, kegiatan rapat,
pengajian, tarling dsb, serta program lain juga kami laksanakan setiap
bulannya. Termasuk yang lebih fenomenal adalah ‘Lailatul Ijtima’ sebuah
aktivitas NU yang jarang ditemui di ranting ranting desa lain, sebenarnya ini
tadisi leluhuru ulama’ NU yang hampir mati, kami menyebutnya ‘perjamuan malam
terakhir’ (minggu terkhir setiap bulannya) acara ini di isi kegiatan sholat
taubat, lidaf’il bala’, birrul walidain, litsubutil iman, tabih, dan sholat
hajat lalu dilanjutkan dengan bacaan Yasin dan Istighosah, ceramah mauidho
Hasanah di tutup dengan doa’ lalu ramah tamah.
Sumbersuko terdiri dari 12 dusun dan 3 dusun
ikut satu kasun jadi ada 15 Dusun. Semuanya kami jadwal bergiliran untuk
mendapat jatah acara Lailatul Ijtima’. Untuk konsumsi apa adanya gak perlu
mewah yang penting acara jalan. Di koordinir masing masing kasun atau tokoh
masyarakat setempat, dengan jumlah tokoh NU di Sumbersuko sebanyak 121 orang
aktif. Hal akan meningkatkan kesadaran masyarakat lain akan pentingnya tradisi
NU, apalagi Masyarakatnya Isnyaalloh 99 % NU.
Sekitar tahun 2012 pengaruh yang lebih berdampak atas kemajuan ranting
NU Sumbersuko ada pada buletin bulanan, di buletin tersebut menyajikan
artikel-artikel dari situs nu.or.id dan lain-lain sehingga semangat warga dalam
mengikuti lailatu Ijtima’ meningkat tajam, dalam acara Lailatul Ijtima’ kami undang
10 orang tokoh NU dari masing-masing dusun se desa Sumbersuko. Serta mengajak
tetangga sekitarnya termasuk muslimat NU.
Pada saat yang sama kepengurusan di tingkat
ranting Sumbersuko juga harus ada pergantian karena masa periode sudah habis. Satu
tahun sebelum pemilihan pengurus ranting kami mencari kader kader tokoh
masyarakat lulusan pesantren yang belum masuk jajaran kepengurusan antara lain,
Ust Anshori Pemangku Pesantren Darul Falah 84
Dusun Sumbersuko II dan Ust. Abdurrohman Dusun Sumberbendo pemilik lembaga
pendidikan TPQ kedua duanya sama-sama top dalam keilmuannya.
Rapat kepengurusan NU periode 2012-2017 di
laksanakan di rumah Bpk H Miskan Afandi Dsn Bumbungan selaku Rois Suriyah. Yang
dihadiri sekitar 50 orang tokoh, namun sebelumnya kami menentukan agar
bagaimana Ust. Abdurrohman jadi ketua Tanfidznya dan Ust. Anshori duduki
jajaran Rois Suriyah, alhamdulillah semua berjalan lancar, Ust. Abdurrohman menjadi
Ketua tanfidz. Dan terdiri dari beberapa anggora pengurus baru sekitar 30%
untuk menggantikan yang sudah sepuh
Bpk H Miskan F dan H Sirajuddin tetap menjadi
Rois Suriah anggotanya Bpk H Zakariyah. H Asnan Jatikunci, pertengahan tahun
2014 karena sudah uzur faktor usia H Miskan afandi selaku rois suriyah minta
digantikan jabatannya, kami tidak berfikir panjang untuk mencari penggantinya
karena banyak tokoh NU di jajaran perangkat desa Sumbersuko yang belum masuk di
pengurusan ranting NU, beberapa hari kemudian, saya sendiri selaku sekretaris
tanfidz meminta kesediaan Kaur Kesra dan Sekretaris Desa H. Samsul Huda dan
Drs. H Suparman untuk menjabat posisi di Rois Suriyah NU, dan alhamdulillah ternyata
semuanya lancar dan direstui.
Setelah adanya perubahan kepengurusan ini
justru NU semakin menggema dan terkonsep denga rapi, dengan hadirnya 2 orang
tokoh Umara’ tersebut, sehingga klop antara ulama dan umara’ di Desa Sumbersuko
berjalan bersama, seirama dan seimbang. Sehingga pengikatan ini terjadi dalam
elemen kegiatan pemerintah desa lainnya. Setiap pemerintah akan mengadakan
program kegiatan selalu melibatkan NU dimana dan kapanpun itu, pengajian Akbar,
live TV, Jtv dan lain lain.
Dengan adanya jajaran pemerintah desa dan tokoh
karang Taruna dilibatkan dalam kepengurusan NU maka tidak mustahil karang Taruna desa dan
pemerintah desa selalu mengisi kas keuangan setiap bulan ke NU minimal 100 ribu
rupiah, hal ini untuk mendukung setiap acara yang di adakan NU ranting
Sumbersuko.
Masa-masa paling terkenang di acara LI dusun
bendungan dengan pengantar ‘siir wathon’ sebelum acara lailatul Ijtima’
dilaksanakan dan dusun Kemuning serta dusun lainnya. Saya sendiri yang
melantunkan siir itu, ya begitu damai dan sejuk.
Apalagi kalau sudah mendekati waktu jadwal LI
Kami ketik ketik sendiri undangannya, kami bagi sendiri ditulis sendiri. Sering
kami mengundang pengurus MWCNU gempol untuk acara LI dan Tarling mereka begitu
semangat dan antusias melihat warga NU Sumbersuko dalam menghadiri LI
Sekarang semakin banyak yang terlibat acara
NU seperti Sdr. Suwandi yang protokoler acara selaku A’wan NU, Bpk. cukup tekang
kebun yang selalu semangat membagikan undangan, Tausiah dan sholat sunnah, Ust
Samsul Huda dan Ust Abdurrohman, waktu itu saya sendiri jarang sekali mengikuti
LI karena kesibukan.
Saya cerita sedikit pengalaman beberapa tahun
yang lalu. Pada suatu saat, ada seorang habib dari bangil akan mengadakan
maulid Akbar di Desa Sumbersuko dengan tradisi ancak agung,(tumpeng raksasa di
sanggul 8 orang) bakda Isya’ di adakan rapat pembentukan panitia saya di daulat
jadi sekretaris dan Pak Jamal jadi ketua panitia ketua konon waktu itu biayanya
tidak cukup 50 juta untuk acara Maulid Akbar. Jangankan isi berkatnya kantong
plastik pun di cetak dalam pesanan khusus tertera nama ketua dan sekretaris, alhamdulillah
acaranya berjalan sukses. Keesokan harinya beliaunya si habib datang kerumah
saya meminta agar di Sumbersuko di adakan tradisi pengajian si habib tersebut, dengan jaminan semua usaha
saya Opak Gambir, BringinNET, ATK di
danai. Sungguh luar biasa, namun hal ini tidak saya laksanakan, jika saya
laksanakan tentu akan benturan dengan tradisi Lailatul Ijtima’ (LI) yang sudah membudaya di Desa ini, maka
dengan kerendahan hati saya menolak tawaran tersebut. Saya tidak menyebutkan
ini dari kelompok atau aliran mana ... tapi mari kita sebagai umat islam
bersatu padu berpegangan tangan untuk tetap menjunjung tinggi NKRI, saling asah
asih asuh. Saling menjaga budaya dan tradisi yang ada, karena Indonesia sudah di
takdirkan atas keberagaman dan Bineka Tunggal Ika
Dari peritiwa ini kita dapat menarik kesimpulan agar NU di
tingkat ranting tetap kokoh, karena ini pengalaman di desa saya sendiri:
1.
Tradisikan lailatul Ijtima’ sebulan sekali
2. Buat buletin di lampiran undangan LI sebarkan.
3. Maksimalkan anggaran dari pemerintah setempat untuk
kegiatan yang bermanfaat
4.
Rekrut perangkat desa sebagai jajaran
pengurus NU
Sebelum aritikel ini selesai saya tulis
kebetulan ada hal baru yang perlu saya sampaikan
Berikut saya kutip dari laman Facebook Pak
Wachid Hasyim, atas ceramah guru saya KH Sholeh Bachruddin
PANCASILA
Beberapa dawuh Romo Kyai Sholeh Bahruddin tentang
"Pancasila" beserta urgensinya dalam beberapa kesempatan. Dawuh
tersebut menyiratkan pesan, bahwa Pancasila sebagai asas bernegara sudahlah
final:
Aku babat pondok Ngalah tepate dino Jum’at, bulan
Dzulhijjah tahun 1985, Lan Yayasan Darut Taqwa didirikan Kyai Bahruddin tahun
1977:
Asas Darut Taqwa wonten
tigo:
1) Pancasila
Pancasila di Darut Taqwa
sangat dijunjung tinggi, karena nilai-nilai pancasila digali dari nilai-nilai
luhur budaya bangsa, dan merupakan pancaran dari nilai-nilai luhur budaya
bangsa dan dari nilai-nilai ajaran islam (al-Qur’an dan al-Hadits), seperti ketuhanan,
kemanusiaan dan persatuan.
2) UUD 45
Kedua asas di atas
mencerminkan bahwa pendiri memiliki jiwa nasionalis yang tinggi.
3) Ahlussunnah Wal
Jama’ah
Karena di dalamnya
terkandung nilai-nilai tasammuh, tawassuth, tawazzun, ta’addul. (Dawuh sekitar
2004 silam)
Pancasila
lan NKRI iki adalah harga mati, soale perjuangane bien soro, bapak (Kyai
Bahruddin) bien yho melu berjuang, ngantek-ngantek bapak ditahan dek penjara
sentanan Mojokerto gara-gara merjuangno Pancasila. (Dawuh, 2010 silam)
***
Sumpah santri pondok pesantren Ngalah Jum’at, 19.00 WIB 04 Agustus 2006 di serambi masjid Ngalah.
Wes arek-arek kabeh dino iki seliramu kabeh tak ba’iat, tirokno aku yoo:
Sumpah santri pondok pesantren Ngalah Jum’at, 19.00 WIB 04 Agustus 2006 di serambi masjid Ngalah.
Wes arek-arek kabeh dino iki seliramu kabeh tak ba’iat, tirokno aku yoo:
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Saya
berjanji:
1) Berpegang
teguh pada Pancasila dan UUD 1945
2) Berbakti
dan patuh pada kedua orang tua dan guru
(Baiat Romo
Kyai Sholeh Bahruddin kepada santri, di serambi Masjid Ngalah, Jum'at (4/8)
2006 silam)
Kenapa orang Islam bisa masuk aliran keras (radikalisme)?
Kenapa orang Islam bisa masuk aliran keras (radikalisme)?
Jawab:
Karena keterbatasan ilmu agama (setengah pinter yoh setengah bodoh) alias
pinter gak pinter, bodoh gak bodoh.
Bagaimana
cara menanggulanginya?
Jawab:
Mengamalkan Pancasila!. (Dawuh saat pengajian Tafsir, 2009)
Siswa-siswi,
mahasiswa-mahasiswi Yayasan Darut Taqwa, dicetak sebagai intelektual yang
berjiwa Pancasilais.
Kalau yang
nyantri diniyah tok atau intelekendilen, dicetak sebagai ahli agama yang
Pancasilais. (Dawuh saat pengajian Tafsir, dipenghujung 2009).
Awakmu kabeh
kudu iso niru aku, masio nggak iso 100% nggak opo-opo. Minimal kudu Pancasilais
(Dawuh Romo Kyai Sholeh Bahruddin di acara Temu Alumni Nasional, tahun 2015
lalu).
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan di komentari yang sopan dan santun, komentar langsung muncul disini, pilih anonymous atau lainnya, oke