News Update!

Selasa, 21 Juni 2016

TARLING DI MUSHOLLAH AL HIDAYAH & MASJID SABILILLAH (ISLAM NUSANTARA AKAN DI KEMBANGKAN DI 33 NEGARA)





Para ulama perwakilan Negara-negara peseta International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan membentuk Jam’iyah NU di negara masing-masing. Hal itu disampaikan Ulama dari Libanon, Yunani, Lithuania dan Rusia, dalam deklarasi NU, di Jakarta Convention Centre (JCC), Selasa (10/5/2016).
Syaikh Abdul Nasheer Jabri, Rektor Universitas Kulliyatud Da’wah mengatakan, nilai-nilai prinsipil yang dikembangkan NU selama ini selaras dengan ajaran nabi Muhammad SAW, dalam membangun peradaban umat. Terutama dalam hal pengembangan moderasi, toleransi dan peradaban Islam Nusantara yang selama ini dipraktikkan oleh NU.
“Paradigma Islam moderat ala NU ini harus terus dikampanyekan oleh berbagai pihak. Karena misi ini adalah hal yang sangat prinsipil dalam Islam. Islam moderat NU ini bukan milik kelompok tertentu, atau negara tertentu, tetapi memang inilah Islam sesungguhnya yang diajarkan Nabi,” ujar Nasheer.
Lebih lanjut, ia juga mengkritisi sejumlah kelompok yang berorientasi pada perebutan kekuasaan, pembenturan negara dengan islam, penebaran konflik dan misi perang, seperti yang dilakukan Hizbut Tahrir, Al-Qaeda dan sejenisnya.
“Islam bukanlah hizb, bukan partai atau pasukan perang. Sebab Islam bukan fikrul harb, tidak berorientasi pada peperangan. Islam adalah fikrul ummah, yang berorientasi pada pengembangan peradaban ummat. Mewujudkan kesejahteraan, membina masyarakat dalam beribadah, membangun ketertiban umum,” papar Nasheer.
Dari gagasan fikrul ummat ini, Islam, kata Nasheer bertanggung jawab membuat pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat kebudayaan, pusat ekonomi. Hal itu diamini para ulama dari 33 Negara peserta ISOMIL lainnya. Para ulama dari empat negara, yakni dari Libanon, Yunani, Lithuania dan Rusia, berkehendak untuk meniru para ulama Afghanistan, yang telah membentuk NU yang menaungi para ulama di negaranya. Sementara sejumlah perwakilan negara lain, juga berniat mempelajari prinsip moderasi NU dan ajaran Pancasila, sebagai prototipe yang akan dikembangkan di negaranya masing-masing.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengungkapkan, tawaran Nahdlatul Ulama tentang wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani.
“Islam Nusantara akan menjadi spirit bersama para peserta Deklarasi Jakarta, sebagai sumbangsih bagi peradaban islam yang menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian,” paparnya.
Bagi para ulama perwakilan negara yang berinisiatif mengikuti langkah para ulama di Afghanistan dalam membentuk Jam’iyah Nahdlatul Ulama, kata Kiai Said, berkomitmen untuk mengembangkan prinsip NU, yakni tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmony), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekrasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).
“Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman: Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Barang siapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barang siapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah,” tandasnya.
Sumber : 
http://news.okezone.com/read/2016/05/10/337/1384733/islam-nusantara-akan-dikembangkan-di-33-negara

Sabtu, 11 Juni 2016

TANYA KENAPA ?...

Portal Sumbersuko 


Hadi Wijaya

Gapura merupakan pertanda sebuah tempat dimana setiap orang yang mencari sebuah lokasi tertentu akan begitu mudah untuk mencarinya, beberapa dusun di Sumbersuko sudah banyak memiliki  gapura pertanda bahwa gapura tersebut menunjukkan identitas nama dusun tersebut, namun hal ini nampaknya cukup berbeda seperti apa di yang di sampaikan Hadi Wijaya, dilihat dari kondisi kedua gambar gapura di bawah ini mungkin merasa geli karena gapura milik Sumberingin 2  begitu mewah dan tepampang nama dusunnya, sebaliknya Gapura milik Sumberingin I sudah sedikit reot, kurang terawat  dan tidak ada nama dusun, Hadi ingin agar Gapura Dusun Sumberingin dibangun mewah seperti Gapura Sumberingin 2 karena gapura tersebut saling berhadapan.

Tohirin

Setiap tahun ada lomba malam Takbiran, tohirin Tanya, apakah untuk tahun ini ada lomba takbiran seperti tahun-tahun kemarin ???

Tohirin Tanya kemungkinan karena dia tahun kemarin menjadi juara 1 untuk dusunnya dalam lomba takbiran

PEMBANGUNAN PLENGSENGAN SUMBERINGIN 2





Pemerintah Desa Sumbersuko saat ini banyak melakukan gerbakan untuk melakukan pembenahan di sana sini, setelah rampung pembuatan gapura Pendopo Desa Sumbersuko, kini membangun Plengsengan di jalan tembus menuju Jalan Kelabangan atau Kepulungan 2, hal ini dilakukan agar kondisi jalan yang sudah di paving itu bisa bertahan lama dan tidak akan tergerus oleh air irigasi yang  mengalir ke persawahan warga, seperti diketahui Bpk H. usman selaku tim ketua panitia pelaksanaan pembangunan pelengsengan tersebut mengharapkan agar kondisi jalan di Sumberingin 2 terlihat bagus nyaman dan mulus untuk digunakan transporetasi warga baik Sumberingin 2 maupun warga Dusun Karang tengah.


KARTAR OPEK SUMBERSUKO BERSAMA MITRA GELAR GREBEK SAMPAH DI SUNGAI KEPULUNGAN



"Memang kami sangaja mengambil momen yang tepat bekerjasama dengan SMKN 1 Gempol dengan melakukan grebeg sampah yang kami gelar beberapa waktu lalu menjelang bulan Ramadhan, Ramadhan identik dengan bersih dan suci, Lingkungan pun juga demikian harus mendapatkan sentuhan agar bersih dan juga terbebas dari sampah," tutur  Toni selaku Pembina Kartar Opek Sumbersuko 

Dalam rangka sosialisasi, edukasi dan pembentukan kader lingkungan hidup oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan digelar suatu kegiatan yang tak asing lagi bagi Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL) Kabupaten Pasuruan yaitu, Grebeg Sampah Sungai.


Kali ini, FKPL Kabupaten Pasuruan bekerja sama dengan SMK Negeri 1 Gempol dengan membersihkan sampah sungai Kepulungan Gempol yang dilaksanakan pada Sabtu (04/06) pagi dengan dibantu oleh beberapa aktivis peduli lingkungan seperti Karang Taruna Opek Gempol, Karang Taruna Bintang, Relawan Aqua, Yayasan Alam Hijau dan sejumlah Laskar Pasuruan Maslahat serta didukung oleh Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Kabupaten Pasuruan dll. 


Turut hadir Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Pasuruan Andri Wahyudi, Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan Komisi C Samsul Hidayat dan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pasuruan Ir. Muchaimin, Camat Gempol Drs. H.M. Ridwan. 

Dalam sambutannya, Ir. Muchaimin mengatakan bahwa pendidikan lingkungan sangatlah penting, Apalagi kali ini melibatkan SMK Negeri 1 Gempol yang juga termasuk salah satu sekolah program adiwiyata dan penyelenggaraannya langsung dilakukan oleh siswa dan siswi, Dengan begitu mereka akan tahu bahwa menjaga dan membersihkan sungai sangatlah penting agar tidak terjadi banjir.

"Sangatlah penting menjaga sungai dan membersihkan sampah yang ada disana, Selain itu juga dapat mengurangi resiko terjadinya banjir," kata Muchaimin dalam sambutannya. 

Kegiatan itu merupakan salah satu penanda bahwa dengan menyambut bulan suci Ramadhan, FKPL mempunyai inisiatif untuk tergerak merealisasikan keinginan SMK Negeri 1 Gempol dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan terbebas dari sampah.

Fatoni, Ketua Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL) Kabupaten Pasuruan saat ditemui Sketsa Pandaan, Rabu (08/06) menjelaskan bahwa bulan puasa identik dengan suci dan bersih, Tak hanya jiwa raga yang bersih tetapi lingkungan juga harus bersih dan terbebas dari sampah.


HIKMAH DIBALIK PUASA RAMADHAN (EDISI TARLING)


Jamaah Nahdliyin yang berbahagia.

kali ini Tarling ke 3 (atau lailatul Ijtima` ke 58) di Masjid Siti Fatimah Dusun Kemuning

Kita sudah mengetahui bersama bahwa puasa Ramadhan itu diwajibkan bagi setiap muslim, yang baligh, berakal, dalam kondisi sehat, bermukim, serta suci dari haidh dan nifas. 
Lalu apa hikmah di balik melakukan ibadah puasa ini? Hikmahnya begitu banyak. Sebagian dari kalam ulama mengenai hikmah tersebut, kami sarikan berikut ini. 


Menggapai Derajat Takwa
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Ayat ini menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut.

Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.
Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.
Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa.[1] Inilah sebagian di antara bentuk takwa dalam amalan puasa.
Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia
Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى 
Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”.[2]
Di antara hikmah meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:
Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan ketika  berhubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.
Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah. Oleh karena itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika berpuasa, hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.
Ketiga, dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar. Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya  pun gemar berbagi dengan mereka yang tidak mampu.
Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ 
Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.”[3] Jadi puasa dapat menenangkan setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa marah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian. [4]

Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik
Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ 
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” [5] 
Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca: ghibah), dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia. 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ 
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” [6]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ 
Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”[7] Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.[8] Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita[9] atau dapat pula bermakna kata-kata kotor.[10]
Perhatikanlah pula petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rajab Al Hambali berikut, “Ketahuilah bahwa amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya boleh dilakukan ketika tidak berpuasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, -pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.”
Jabir bin ‘Abdillah juga menyampaikan wejangan, “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” 
Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus jalan. Hendaknya ketika berpuasa, setiap orang berusaha pula menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Ibnu Rajab mengatakan,

أَهْوَنُ الصِّيَامُ تَرْكُ الشَّرَابِ وَ الطَّعَامِ
Tingkatan puasa yang paling rendah adalah hanya meninggalkan minum dan makan saja.”[11]
Oleh karena itu, ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu, seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri dengan sempurna, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” [12]
Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah ibarat bunga yang mekar pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu, shalat jama’ah, shalat malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah musiman. Namun sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan juga tetap dijaga. Para ulama seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.” Semoga Allah memudahkan kita agar istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjadikan kita lebih baik setelah keluar dari bulan Ramadhan ini. Amin Yaa Mujibas Saa-ilin.

Penutup
Inilah beberapa hikmah syar’i yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para salaf sangatlah merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima”.[13]
Adapun hikmah puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa dapat menyehatkan badan (seperti dapat menurunkan bobot tubuh, mengurangi resiko stroke, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi resiko diabetes[14]), maka itu semua adalah hikmah ikutan saja[15] dan bukan hikmah utama. Sehingga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapatkan hikmah syar’i terlebih dahulu dan janganlah dia berpuasa hanya untuk mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jika niat puasanya hanya untuk mencapai kenikmatan dan kemaslahan duniawi, maka pahala melimpah di sisi Allah akan sirna walaupun dia akan mendapatkan nikmat dunia atau nikmat sehat yang dia cari-cari.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, amlan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari keuntungan dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.”[16]
Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah ikutan saja dari melakukan puasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari. Jika seseorang berniat ikhlas dalam puasanya, niscaya nikmat dunia akan datang dengan sendirinya tanpa dia cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ 
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” [17] 
Adapun hadits yang mengatakan,

صُوْمُوْا تَصِحُّوْا 
Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.” Perlu diketahui bahwa hadits semacam ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if) menurut ulama pakar hadits.[18]
Semoga Allah menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan menjadikan kita insan yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya. Semoga Allah memberikan kita petunjuk, ketakwaan, sikap menjauhkan diri dari hal-hal haram dan memberikan kita kecukupan. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.



Kamis, 09 Juni 2016

TARAWIH KELILING (TARLING) NU RANTING SUMBERSUKO

Portal Sumbersuko 
Kontributor : Lamad Gundil 

Bagi Orang NU Ranting Desa Sumbersuko, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu biasa. Pertemuan itu dinamakan Lailatul Ijtima’. Lailah artinya malam, dan ijtima’ artinya pertemuan. Artinya sebuah ”pertemuan malam" yang diselenggarakan di setiap bulan dari masjid ke masjid lainnya se 14 dusun di Desa Sumbersuko.

Awalnya ini adalah kebiasaan para kiai yang akhirnya menjadi kebiasaan orang-orang NU atau pengurus NU. Pada masa dahulu acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, mulai masalah iuran, menghadapi Ramadlan, Tarawih, menentukan awal Ramadlan, sampai menjalar ke masalah-masalah umat yang berat. Untuk lailatul Ijtima’ Di Masjid Masjid di Sumbersuko di awali dengan sholat sunnah takhiyatal masjid, sholat taubat, birrul walidain, sholat hajat, sholat tasbih

setelah itu pembacaan tahlil dan istighosah atau surat yasin yang menjadi ciri khas orang NU, mengirim doa kepada arwah orang tua, para guru, semua kaum muslimin dan muslimat, khususnya para sesepuh pendiri NU yang telah wafat.

Pertemuan semacam ini berdasar pada, pertama:

وَفِي رِوَايَةِ البُخَارِي وَمُسْلِمٍ وَالتُّرْمُذِي وَالنَّسَائِي قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اَلدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ عِنْدَ اجْتِمَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَفِيْ رِوَايَةٍ الدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ فِيْ مَجَالِسِ الذِّكْرِ وَعِنْدَ خَتْمِ الْقُرْآنِ. كَذَا فِيْ الْحِصْنِ الْحَصِيْنِ

Dari riwayat Bukhori, Muslim, Turmudzi, dan Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda: Doa mustajab (dikabulkan) itu ketika berkumpulnya kaum muslimin. Di sebuah riwayat lain disebutkan: Doa mustajab itu ada di majels dzikir dan khataman Al-Qur-an. Demikian seperti dumuat dalam kitab Al-Hisnul Hasin. (Khozinatul Asror, hlm 140)

Dalil kedua:

وَالْحَقُّ أنَّ اْلمُؤْمِنَ إِذاَ اشْتَغَلَ فِيْ تِلْكَ الَّيْلَةِ الْخَاصَّتِ بِأّنْوَاءِ الْعِبَادَةِ مِنَ الصَّلَاتِ وَالتِّلَاوَةِ وَالذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ يَجُوْزُ وَلَا يُكْرَهُ

Orang-orang mukmin jika menyelenggarakan malam yang khas itu dan mengisinya dengan berbagai kegiatan seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa, hukumnya boleh-boleh saja, tidak makruh. (Durratun Nasihin, Hlm 204)

Dalil ketiga,


اَلْعِبَادَةُ هُوَ فِعْلُ الْمُكَلَّفِ عَلَى خِلَافِ هَوَى نَفْسِهِ تَعْظِيْمًا لِرَبِّهِ

Ibadah adalah pekerjaan mukallaf melawan hawa nafsu demi mengagungkan asma Allah. (At-Ta’rifat lis Sayyid Ali bin Muhammad al-Jurjani, hlm. 128)


Kalau dalam bulan Ramadhan acara ini di kemas dalam kegiatan Tarawih Keliling (Tarling) Setiap Malam selama 15 hari separuh kedua bulan Ramadhan
Kemarin malam di mushollah Al Murtasidin Dusun Kriyan Desa Sumbersuko