Portal Sumbersuko
Jalanan
itu asri sudah banyak rumah rumah penduduk di kanan kiri dulu hanya sebuan
tower kiri jalan selebihnya adalah tanaman bawang merah, ketela rambat dan
jagung pagi hari jam 7 lebih sedikit sudah sampai di Kembang Kuning sebuah
dusun dengan seribu kenangan berjuta kisah indah telah merengkuh jiwa jiwa ini
sejak kecil jalan ini sekarang begitu ramai di sudut pertigaan itu dulunya
hamparan sawah hijau nan luas sekarang berdiri komplek asrama-asrama menjulang
tinggi ada sebuah bangunan masjid megah di tengah tengah asrama dengan ornamen
ukiran-ukiran menunjukan ciri khas bangunan jawa, di pojok kiri ada satu kamar
yang di khususkan untuk para panitia yang bermukim di sana agar bisa
mempersiapkan segala sesuatunya pada saatnya nanti, namun siapa sangka rata
rata tidak kukenal diantara mereka hanya sebagian kecil saja yang kukenal,
isitirahat sebentar sambil lihat lihat taman disekitaran asrama rumput hijau
dengan beberapa tanaman bunga ditengahnya membuatku kerasan ditempat ini saya
tidak beranjak pergi sebelum saya mengamati betul semua fasilitasnya, seorang
santri berjalan sendiri menuju ruang bangunan dibawah masjid sebuah handuk
kecil diselempangkan dipundaknya tentu dia rupanya hendak mandi untuk aktivitas
pagi ini, saya belum tahu apakah dia santri atau alumni yang akan menghadiri
acara ini, saya sapa
“Assalamu’alikum
..?”
“Waalaikum
salam..” dia menjawab dengan penuh santun dan ramah senyum di bibirnya
menunjukkan keterbukaan atas kedatangan saya dia sudah mengira kalau saya
bagian alumni pondok sini yang akan mengikuti reuni.
Taman
kecil di pinggir jalan itu tertata begitu rapi sepuluh tahun yang lalu saya
kesini tampak begitu banyak perubahan disana pohon palm berjajar di kiri jalan
yang kulalui terasa begitu berbeda dari tempat tempat yang pernah aku
jumpai ramai tapi begitu asing bagiku
tidak kenal siapa mereka apakah dia masih santri atau sudah alumni jangan
jangan mereka warna desa ini, gumamku
Mungkin
karena terpaut jauh lulusan lulusan alumni dari berbagai tahun angkatan hadir
disana sehingga membuat aku lupa siapa mereka, kadang kita hanya saling
memandang dan melempas senyum pertanda bahwa kita dulu pernah berteman lama
meskipun kita lupa siapa mana dia, kita semua sering menjumpai peristiwa
semacam itu dihari hari indah ini. Yang merasa sepuh dimudakan yang merasa muda
disepuhkan, yang dulu pernah menjadi guru dianggap teman yang dulu menjadi
teman di anggap guru begitulah hiruk pikuk pertemuan akbar berjumpa dengan
ribuan orang yang pernah kita alami lima tahun sebelumnya. Segera
setelah puas mengamati seluruh perkembangan pondokku dulu aku bergegas menuju
lokasi acara
Pagi
harinya sebelum kegiatan sebelum sesi Baiat Toriqoh beberapa alumni potensial
sudah direkrut melalui jaringan orda iksan Ngalah wilayah masing masing untuk
mengikuti kegiatan Halaqoh yang sudah dikonsep sedemikian rupa oleh para
panitia, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan Iksan
Ngalah diseluruh Indonesia dengan berpedoman pada 4 pilar kebangsaan ada bidang
pemerintahan, bidang organisasi, bidang pendidikan dan bidang Ekonomi dll.
Kebetulan kami dipilih dibidang Ekonomi dalam satu ruangan ketemu dengan teman
teman lama dari jabar jateng.
“Gimana
kabarnya Mas ?”... alhamdulillah sehat wal afiat
“Apa
aktifitas dirumah saat ini?” .. tanyaku lagi sambil sedikit penasaran
“Saya
sekarang buka counter HP jual beli HP .. Alhamdulillah sekarang sudah punya 3
cabang” .. “Alhamdulillah ... luar biasa!” jawabku.
Forum
itu divisi Ekonomi begitu meriah karena terdiri dari beberapa angkat jadi
banyak yang tidak saling mengenal hanya sebagian kecil saja, beberapa alumni
lain juga mebentuk formasi masing masing dalam ruangan yang sudah ditentukan
diruangan yang penuh hikmat canda tawa semua inspirasi keluar dalam dinding
dinding imajinasi intlektualisme gagasan gagasan yang dulunya terpendam
dilahirkan dan di aktualisasikan dalam kisah yang nyata, di acara pagi ini
hanya menentukan nama lembaga serta jajaran pengurus mulai ketua sekretaris dan
bendahara untuk 5 divisi, ini awal dari sebuah perubahan besar untuk para
alumni kedepannya sesi ini diberi waktu 2 jam semua berjalan lancar, ruangan
ini tempat kuliahku dulu tapi tidak pernah lulus ada saja kendala dan rintangan
yang harus kuhadapi selama menimba ilmu sana gedung warna cat dan cendela tetap
tidak begitu banyak perubahan coklat tua dinding coklat muda kacanya bening
sebening embun pagi di cendela lantai 3 melihat sisi barat tampak begitu
kelihatan jelas asrama asrama pondok, komplek kamar A7 diatas pintu gerbang
menuju dalem sang guru komplek D persis di depan gerbang itu, D12 di kamar itu
dulu berserakan sajak dan pantun yang pernah dibuat disusun rak kitab nomor 2
tidak pernah aku ambil selamanya kubiarkan saja agar bisa di baca adik adik
kelas ketika istirahat sore hari atau malam hari aktivitas siang hari sepulang
sekolah di komplek D cuci jubah Mbah Yai jubah kebesaran beliau yang selalu
istiqomah warna putih itu kemudian dijemur didepan kamar sorenya sudah kering malam hari dipakai Mbah Yai untuk sholat 5
waktu. sekarang komplek D dihuni oleh santri perempuan dahulu kala seluruh
santri laki laki di pindah ke komplek E dan F di sebelah baratnya masjid Aminah
dulu di pojok sebelah baratnya gedung
Madrasah Aliyah disitu terdapat pondok
gubuk 2 tahun aku pindah ke gubuk itu menjelang akhir akhir lulusan wushto,
pondok gubuk seukuran kamar 3 x 4 meter panggung setinggi 50 cm, di lokasi itu
ada sekitar 5 bangunan gubuk panggung rata rata santri yang bermukim di gubuk
adalah paran santri abdi dalem masa masa mengalami peristiwa ini hampir
tidak percaya tapi kami melakukannya, mungkin laku seperti ini sekarang sudah
tidak ada lagi.
Teringat gubuk
penuh kenangan ditahun 2000 itu awal mula pondok pesantren Ngalah sebagai
mercusur dunia, berdiri Universitas Yudharta terpancar sinar sinar kemilau
keemasan diufuk timur ditahun itu pondok ngalah satu satunya pesantren yang
mampu beradaptasi dengan era globalisasi era millenium serta tantangan zaman
yang semakin modern.
Di tahun
itu tidak ada hp, sms, android, facebook, twitter, linkedin apalagi whatsapp
jika ingin tahu kabar dengan si dia harus melalui surat atau simbol dan
kode kode unik yang dilukis begitu indah dalam secarik kertas lalu diselipkan
dalam lembaran apapun yang bisa menghantar isi hati ini dan balasannya pun
harus menunggu berminggu minggu padahal jarak kita berdua hanya sebatas dinding
pemisah... ah sudahlah lamunanku sudah liar terlalu jauh untuk dikenang
kuberanjak pergi dari balik cendela menuju lantai 1 di gedung NKRI, isitrahat
makan bersama teman yang dulu tidak pernah ketemu. Canda tawa lepas depan
kampus.
Terasa
berdebar hati ini sedikit menitikan air mata dengan pelan aku usap mataku
dengan telapak tangan kanan ketika kerumunan orang-orang berjajar berseram
loreng mengelilingi dan memagari jalannya ibu ibu berbaju putih di depan
halaman Gedung NKRI, terpintas sedikit kelihatan di sela sela kerumunan orang
itu adalah wajah beliau ibu Nyai Sa’adah, ternyata itu adalah rombongan
keluarga dalem menuju gedung aula Pancasila untuk medampingi alumni dalam melakukan
baiat toriqoh yang akan dipimpin Mbah Yai. Entah begitu spontan exsotik peristiwa
siang itu kami hanya mengamati dari kejauhan terpancar getaran aura begitu
tinggi halus damai, Sudah lama kami tidak pernah sowan ke Ibu Nyai sehingga
membuat suasana hati begitu terharu ketika rombongan itu berjalan menuju
lokasi, Ibu Nyai selalu menundukan kepala jika berjalan, sebuah pelajaran yang
sangat berharga bagi kami yang sudah lupa dengan adab dan tata krama agung agar
kita selalu untuk rendah hati, sabar dan penyejuk dalam setiap untaian kata dan
kalimatnya, itu mengingatkan ahlak kita sewaktu mendapat pelajaran pelajaran
ketika menimba ilmu di Pondok Ngalah, siang itu bakda duhur waktu kami sedang
bercengkerama dengan teman teman duduk didepan taman gedung NKRI hal itu begitu
sepontan dan tak pernah aku kira sebelumnya jika akan terjadi seperti itu.
“Beliau itu satu satunya pemberi semangat Mbah Yai Soleh dalam segala
aktifitasnya” gumam dalam hatiku. Hanya beberapa saat saja peritiwa itu terjadi
begitu memukau.
Terpaut
jauh dalam angan angan bagaimana dengan teman teman sealumni dan seangkatan
denganku betapa bahagianya mereka sudah banyak bermukim disana mendirikan rumah
disana mereka berkeluarga punya anak anak yang begitu bahagia membentuk
keluarga kecil sakinah sejahtera selalu dekat dengan keluar dalem, mereka bisa
bertemu Mbah Yai dan Mbah Nyai kapanpun jika mereka perlu, tapi semua itu
bedaku, aku yang jauh disana hanya kirim fatikha untuk beberapa waktu bakda
sholat agar rasa dan rahsa selalu tersambung kepada Mbah Yai, tidak cukup hanya
sebatas baiat, seluruh adab dan tatakrama beliau harus kita tiru kita contoh
dan kita terapkan dalam kehidupan sehari hari, tabir tabir cakrawala itu
terbuka begitu lebar bagaimana sang guru telah memberikan sepenuh apa apa yang
dibutuhkan semua santrinya, bahkan tanpa dimintapun sang guru akan selalu
memberikan yang terbaik “Kamu harus menjadi yang lebih baik dari saya” – “Gedio
Bunge tinimbang Pringe” kalimat itu selalu terniang dalam benakku “banyak
banyak berbuatlah dari pada banyak bicara” di sela sela gelaran acara itu. Energi
itu begitu kuat untuk selalu kita kenang rasanya pingin lagi mondok disana tapi
bagaimana mungkin setidaknya rutinan malem senin selosoan atau maleman mungkin
itu yang bisa menjadi jembatan semua alumni untuk bertemu sang guru, paling
tidak nanti anak anak cucu kita bisa dimondokan lagi disini, tentunya dengan
mengajak sanak saudara tetangga.
Hari
sudah mulai sore orang orang berlalu lalang untuk menunaikan sholat asyar,
mendung sedikit petang, semoga saja tidak hujan beberapa peserta dan panitia
sudah mulai istirahat menjelang selepas maghrib peserta sudah memadati tenda
roder begitu luas cukup menampung untuk 5000 alumni, benar benar pentas yang
menajubkan kemlauan cahaya dan sinar warna warni silih berganti menghiasi
langit langit malam tanpa purnama senja akan lama muncul ramai sekali malam ini
malam yang tak pernah lekang oleh zaman akan selalu terkenang setiap sesi sesi
acara inti dimalam ini dawuh Mbah Yai benar benar menyentuh kalbu sederhana
memikat tidak pernah sedikitpun berubah dari dawuh dawuh sebelum, Mbah Yai
sudah memaafkan apapun yang pernah dilakukan seluruh alumni santri, apa yang
bisa kita berikan atas jasa jasa beliau terhadapkan kita, beliau yang telah
mendidik kita, membesarkan kita, mengajari kita, kitab kitab yang kita baca,
izajah dan amalan yang telah beliau berikan pada kita, menuntun kita kejalan
yang benar jalan yang di ridhoi oleh Allah swt. Sungguh tak mampu dan tak
tenilai hanya sebatas materi sumbangsih apapun yang kita berikan atas jasa
beliau, kita diproses sedemikian rupa bertahun tahun disana untuk mejadi yang
terbaik generasi yang mampu mengemban amanah menjadi suri tauladan bagi keluarga
bagi masyarakat sekitar.
Semakin
larut malam
Keenaaangan beersaamamuuu, Seeelalu
menggodakuuu, Saaa’at indah denganmuuu, Teerbayang di matakuuu
Keekasihkuu, aaku rinduuu. Mesraaanya belaianmuuu. Keekasihku, aaku
rinduuu. Hangaatnya peluukanmuuu
Di daalam dooaa akuu meemintaaa. Cinta
kiiita satuu selamanyaaa
Di daalam dooaa akuu meemintaaa. Cinta
kiiita satu selaamanya, selaaamaaanyaaaa
Itu lirik lagu judul
suara hati yang selalu kudendangkan pelan pelan saat Evitamala tampil malam itu,
harapan saya agar dia mau menyanyikan lagu itu, mungkin suaraku kurang keras
sehingga permintaanku kurang begitu di dengar padahal aku duduk kursi paling
depan hingga teman dibelakangku dengan suara lantang “Kereta
Malam..!!!” hmm ..Ternyata suara temanku lebih didengar mengusulkan lagu Kereta
Malam .. jadinya mbak Evi menyanyikan lagu Kereta Malam .. ya sudah kita
menyimak dengan penuh kenangan, kenangan indah ini akan terulang lagi 5 tahun
yang akan datang.. sampai jumpa.